selalu menjadi purnama
menjadi cermin dua hala
di antara pengukur cinta
dan abstrak yang terasa
sejuk kau membias mata
merabun semua nyata
hanya angan mampu rasa
di setiap pun tutur cahaya
namun sekala alpa di sisi
membuatkan nista berseri
bukannya si putih yang jali
sekadar menumpang kaki
dek kurang indah mewakili
terbiar sungkur imaginasi
mana mungkin kan berdiri
bila maruah patut bersaksi
si oren
hanya si biru tahu ketara itu~
No comments:
Post a Comment