Seiring pusingnya bila sang semangat menusuk,
Bukan isim yang ganas merasuk,
Tapi sang zarah yang terus membusuk,
Mulalah dia meracau menyengih senyum,
Mulalah dia benda hangit wangi yang dicium,
Mulalah dia geraknya huyung,
Mulalah dia jalannya ditiup beliung,
Gara-gara si debu kotor itu,
Banyak noda berlaku tanpa malu.
Tercetak dalam dada naskah,
Tersiar di kotak imej bercahaya,
Terbicara dari bunyi peti bersuara,
Berlegar luas di talian ilusi maya,
Kisah nyawa segar dihurung sampah,
Asalnya dari dua insan beradu resah,
Yang satu tak mengaku dialah ayah,
Yang satu malu terkandung haramnya darah.
Cerita si anak dibaham serakah,
Si cucu dibuas oleh atuk lintah,
Si pagar yang galak memamah padi,
Hilang percaya pada darah sendiri,
Tragedi berdarah lagi menambah ngeri,
Nyawa persis sampah tak bernilai lagi,
Hitam belulang dijilat bara kayu berapi,
Si anak di rumah bersendu hati.
Jadi seram bila duduk koloni sendiri,
Debu itu jadi pentas syaitan menari,
Jadi kuasa menggerak nadi insani,
Bertukar hitam dari warna merah hati.
Bangsa kian hancur,
Negara kian lebur,
Sang penghidup bermeditasi perlu bertempur,
Berperang habisan dengan sang debu kotor.....
1 comment:
suka!suka!
Post a Comment